Pagi itu, ian segan sekali rasanya mau berangkat kerja.
Bagaimana ya? mau berangkat, tapi malas mengendarai motor varionya yang biasanya selalu bisa membuatnya ingin memacu kecepatan lebih dari 80KM per Jam.
"Ah yaudah, naik grab ajalah!" serunya didalam hati. Hanya tinggal memesan saja, karena dia sudah siap dan memang hanya tinggal berangkat saja, tapi memang wanita ini seringnya kalah dengan rasa malas dirinya sendiri.
Alhasil dia ambil handphone yang biasa dia gunakan untuk bekerja dan mengabari dia tidak bisa datang dikarenakan ini dan itu. Setelah mendapatkan ijin, akhirnya si pemalas itu tertidur.
Tak kala dia bangun dengan spam missed call dari orang yang begitu mencintainya. Ade Permana.
Hanya ditinggal tidur sebentar saja, khawatirnya sudah seperti sedang menunggu seseorang operasi usus buntu. "Dasar bucin nggak sabaran" hardik ian didalam hati.
Mereka mengobrol satu dan lain hal, sampai dengan selesai. Ian akhirnya beranjak keluar kamar dan melihat Mama sedang merawat luka terbuka Papa di mata kaki sebelah kiri dengan krim yang sudah dibawakannya malam tadi.
Ian duduk di sebelah mama dan mengambil kerupuk sambal yang juga kemarin dibeli olehnya.
Lalu mereka membicarakan banyak hal-hal ringan.
Seperti..
"Dimana itu kata si Ade ada kerupuk sambel yang enak?"
"Pempek Garuda mah sekarang ga seenak yang kamu pernah bawain dulu tau neng".
Ini dan itu, ini dan itu, ini dan itu. Terus saja.. sampai dengan mama menghela nafas yang agak berat, lalu bicara, "Ade kapan kesini lagi? Mama ada yang mau di omongin serius".
Sontak ian terkaget dan bertanya kembali ke mama, "kenapa lagi mah, ada lagi yang mau di omongin?". Jawab mama, "iya ada. tapi nanti aja kalau dia kesini". Ian yang penasaran akhirnya kembali lagi bertanya, "Ada apa emangnya mah?".
Sekali lagi mama mengambil nafas berat, lalu "kan kemarin kata Ade dia mau lebih cepat, terus resepsinya belakangan. Yaudah kalau gitu nggak apa-apa, mama-papa setuju. Sisanya kita bicarain apa aja yang perlu di persiapin. Cuma kalau boleh minta, ya pas moment-moment lebaran haji, kalau lebih dari itu kurang srek mama".
Ian tersedak, kerupuk sambalnya mendadak terasa begitu kering di tenggorokan, lalu bertanya dengan kaget "Mam.. lebaran haji tuh 2 bulan lagi loh, gak kecepetan?". Mama santai menjawab "kan mau cepet-cepet, yaudah di cepetin aja sekalian. Lagian kenapa? Mama-Papa juga nikah pas banget moment lebaran hajinya malah"
Sisanya adalah pembicaraan yang sebenarnya penting.
Namun dunia seperti mengabur-berpendar, dan semuanya terlihat begitu putih, bercahaya dan bersinar bagi ian.
Dirinya terharu namun memang belum mahir untuk menangis bahagia.
Begitu bersyukur hingga ingin satu dunia tau. "Hai!!! 2 Bulan lagi dan aku tau rasanya akan seperti 2 minggu!!!!"
Kamu, yang sedang membaca ini.
Aku tau kamu lebih pintar meneteskan air mata bahagia, tapi jangan menangis di pinggiran beting ya wkwkwk, aku tidak mau kamu jadi pusat perhatian karena kasihan mereka, tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan saat ini.
Jika kamu mau peluk sesuatu, mungkin kamu bisa peluk gitar dulu, karena kalau peluk tiang listrik takut dia baper sama kamu.
Hai kamu, anak baik kesayangan Tuhan.
Lagi-lagi.. Tuhan mengabulkan permintaan kamu. lagi-lagi.
Selamat ya :)